Oleh
Yannah Az Zahra
Hidup adalah perjuangan. Begitulah kata semua orang. Kita hidup tidak mungkin lepas dari ujian dan cubaan. Apalagi kita sudah mengaku sebagai muslim, mukmin, muhsin, atau bahkan mujahid. Tentu ujian akan datang bertubi-tubi tiada henti.
Ujian datang, bukan bererti Allah membenci kita. Tapi ujian merupakan tanda cinta dari Allah kepada kita. Ketika Allah menguji kita, itu bererti Allah sedang mengingat kita.
Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah padanya suatu kebaikan (keuntungan), maka diberinya penderitaan.” (Hadits Riwayat Bukhori)
Dalam hadits yang lain, beliau bersabda:
“Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung pada besarnya ujian bala’, dan sesungguhnya Allah Ta’ala apabila mencintai sesuatu kaum, maka kaum itu diuji-Nya lebih dulu. Maka barangsiapa yang rela mendapat ujian itu, baginya keridhaan Allah, dan barangsiapa yang benci, baginya kemurkaan Allah.” (Hadits Riwayat Tirmidzi)
Jadi sudah jelas kan? Bahawa ujian itu bukti cinta Allah. Semakin Allah mencintai kita, akan semakin banyak ujian yang kita terima. Jangan pernah takut menghadapi ujian itu. Hadapi dengan rasa sabar yang tinggi. Allah memberi kita ujian, pasti ada cara untuk menghadapinya.
“Sesungguhnya di setiap kesulitan, pasti ada kemudahan.” (Q.S. Al Insyirah: 6)
Itu janji Allah. Dan yakinlah, janji Allah itu benar.
Sabar atau redha adalah bukti ketaqwaan diri kepada-Nya. Bila direnungkan pada awalnya, tipis benteng kekuatan dan ketabahan diri ini. Malu dengan Allah. Malu dengan diri. Perasaan berhak, perasaan memiliki, selalu membuat diri lupa bahawa sesungguhnya diri ini tak memiliki apa-apa.
Sesungguhnya semuanya pinjaman semata. Semuanya milik Allah. Di mulut memang mudah melafazkan, tetapi iman dan taqwa teruji bila Allah timpakan ujian.
Sakit rasanya apabila memikirkan apa yang kita miliki hilang. Sedangkan hakikatnya bukanlah hilang. Tetapi diri yang lupa selama ini hanya meminjam. Betapa diri lupa bahawa segalanya hanyalah milik Allah. Apapun kehendak Allah tidak akan dapat ditangguhkan.
Sungguh indah sabda Rasulullah SAW:
“Mengagumkan keadaan seorang mukmin, semua keadaannya adalah baik bagi dirinya. Semuanya itu takkan terjadi kecuali bagi seorang mukmin, yang bila mengalami kebahagiaan ia bersyukur. Dan bila mengalami kesulitan ia bersabar, hal itu juga baik baginya.” (Hadits Riwayat Muslim)
Bila direnung-renung, layakkah diri digelar seorang mukmin-mukminah? Sedang diri selalu lupa bersyukur di kala gembira dan diri sering gagal untuk bersabar bila diuji. Kesakitan terasa di mana-mana. Diri berusaha meneguhkan hati, menyekat perasaan yang menggila tapi selalu gagal.
Diri ini tak segagah mana ya Allah. Di kala diuji baru terasa diri ini seperti tiada nilai di mata-Mu, apatah lagi di mata manusia. Diri ini bukan siapa-siapa, dan diri ini tiada berkuasa.
Ya Allah, segala apa yang Engkau berikan atau Engkau ambil, segalanya di tangan-Mu. Aku pasrahkan diri. Sadar kedaifan diri yang tidak pernah memiliki apa-apa. Diri ini lemah dalam bermujahadah. Malu dengan Allah, malu juga dengan diri. Ya Allah, diri ini teramat lemah. Ampunilah aku Ya Allah. Ampuni diri ini, duhai Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang….
Sesungguhnya ujian dan cubaan yang datang bertubi-tubi menerpa hidup manusia merupakan satu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla. Tidak satu pun diantara kita yang mampu menghalau ketentuan tersebut. Keimanan, keyakinan, tawakkal dan kesabaran yang tinggi adalah senjata utama oleh seorang hamba dalam menghadapi badai cubaan yang menerpanya. Sehingga tidak menjadikan dirinya berburuk sangka kepada Allah Subhanahu wata’ala terhadap apa yang telah ditentukan baginya.
“Ini adalah keadaan seorang mukmin. Setiap manusia berada dalam ketentuan-ketentuan Allah, baik berupa kesenangan ataupun kesusahan. Dan manusia dalam menhadapi ujian dan cubaan ini terbagi menjadi dua golongan : mukmin dan non mukmin (kafir).
Adapun golongan Mukmin ; menganggap baik segala ketentuan Allah baginya. Jika kesusahan itu menimpanya, maka dia bersabar atas ketentuan-ketentuan Allah dan senantiasa menanti pertolongan-Nya serta mengharapkan pahala Allah. Semua itu merupakan perkara yang baik baginya dan dia memperoleh ganjaran kebaikan selaku orang-orang yang bersabar.
Wallahu a’lam.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment